“Bagaimana kamu bisa untuk suka dengan lawan jenismu lagi?”
Sebuah pertanyaan dariku untuk teman dekatku yang dia mengaku seorang homoseksual. Jauh sebelum aku bisa berdamai dengan seseorang sepertinya, aku sempat menjadi orang yang teramat kontra. Namun, semakin dewasa dan semakin kenalnya degan isu-isu disekitar, LGBTQ menjadi hal yang bukan lagi awam. Memiliki teman yang LGBTQ, terkadang membuatku bimbang untuk membiarkan atau membantunya?
Tidak ada tempat di bumi untuk mereka yang LGBTQ

Sebagai seseorang yang memiliki nilai dalam kepercayaan yang dianut, aku melihat LGBTQ bukanlah hal yang benar. Ada banyak perempuan untuk setiap laki-laki di dunia ini, dan begitu pula sebaliknya. Maka, kenapa harus menjadi sangat berbeda ketika bisa untuk jadi ideal? Pikiranku belum cukup terbuka untuk fenomena seperti ini.
Kini, aku bisa duduk dan berbicara tanpa menghakimi mereka
Seiring berjalannya waktu, aku semakin kenal dengan isu-isu yang terjadi di dunia. Lebih dari itu, aku dipertemukan dengan kaum pelangi ini. Tidak hanya satu, tapi lebih. Beberapa dari mereka sangat terbuka dan yang lainnya masih belum sanggup untuk mengakui yang sebenarnya.
Memiliki teman yang LGBTQ, selalu ada hasrat untuk membantu

Tidak sedikit orang yang heran mengapa aku bisa sangat terbuka dengan isu LGBTQ. Sebagian besar dari mereka kontra, dan aku tidak menyalahkannya. Karena itu terkait hak. Satu hal juga yang aku percaya, bahwa kaum LGBTQ pun juga berhak untuk hidup dan dihargai keberadaannya sebagai sesama manusia.
–
Pro atau kontra menanggapi mereka yang LGBTQ itu merupakan hak. Tapi berteman dengan mereka, membuatku juga setuju bahwa mereka juga ingin diterima. Pada dasarnya mereka baik, hanya saja berbeda. Tapi, sebagai sesama manusia, kita juga boleh memutuskan membiarkan mereka dengan acuh atau membantu mereka seperti laki-laki atau perempuan pada umumnya?
Ditulis oleh Maulfa Putri, dari ia yang terbiasa bertemu orang-orang dengan beraneka latar belakang hingga menjadikan pikiran lebih terbuka memandang isi bumi.
—
Riliv membuka kesempatan bagi pembaca untuk berbagi cerita seputar pengalaman kesehatan mental. Kirimkan tulisanmu dalam file Word ke story@riliv.co dengan subjek “#YOURSTORY – Judul – Nama”. Silakan menggunakan nama samaran bila berkenan.
Discussion about this post